Indonesia Bisa Lebih Cepat Adopsi Mobil Hidrogen

Indonesia Bisa – Saat dunia berlari menuju era energi bersih, Indonesia masih seperti tertatih dengan strategi setengah hati. Mobil listrik memang mulai ramai, tapi mobil hidrogen? Hampir tak terdengar. Padahal, ini bukan teknologi masa depan yang belum bisa di sentuh. Jepang, Korea Selatan, hingga beberapa negara Eropa sudah membuktikan bahwa kendaraan berbahan bakar hidrogen bukan sekadar ambisi, melainkan realitas yang mengguncang industri otomotif global. Pertanyaannya: kapan Indonesia bangun dari tidur panjangnya?

Mobil hidrogen adalah kendaraan berbasis fuel cell yang menghasilkan listrik dari reaksi antara hidrogen dan oksigen. Hasilnya? Hanya air, tanpa emisi karbon. Efisiensi dan kecepatan pengisian bahan bakarnya jauh lebih baik daripada mobil listrik berbasis baterai. Tapi sayangnya, wacana soal mobil ini masih sebatas pembahasan dalam seminar-seminar dan riset kampus. Padahal, potensi Indonesia untuk mengadopsi teknologi ini sangat besar.

Sumber Daya Alam Kita Melimpah, Tapi Tak Dimanfaatkan

Ironis. Indonesia adalah negara dengan potensi hidrogen yang melimpah. Dari sumber energi terbarukan seperti panas bumi, tenaga surya, hingga hidro, semuanya bisa di manfaatkan untuk memproduksi hidrogen hijau yang ramah lingkungan. Tapi apa yang terjadi? Investasi lebih banyak di arahkan ke proyek fosil yang kian menjerat. Sementara negara lain berlomba-lomba memperluas pabrik elektrolisis hidrogen, Indonesia malah terjebak pada kebijakan yang ragu-ragu.

Hal yang membuat geram adalah, bahan baku kita ada. Potensinya nyata. Tapi karena belum ada dorongan serius dari regulator dan pelaku industri, peluang itu di biarkan lewat begitu saja. Di saat yang sama, perusahaan asing mulai membangun ekosistem kendaraan hidrogen mereka. Lalu, apakah kita hanya akan jadi pasar, bukan pemain?

Infrastruktur: Masih Nihil, Tapi Bisa Dikejar

Jujur saja, Indonesia memang belum punya infrastruktur hidrogen yang layak. Stasiun pengisian hidrogen? Nol besar. Pabrik elektrolisis? Masih impian. Tapi ini bukan hal yang tak bisa di kejar. Dalam satu dekade, Korea Selatan mampu membangun ratusan stasiun pengisian hidrogen dengan kemauan politik dan bonus new member 100 yang agresif. Kenapa Indonesia tidak bisa?

Alih-alih menunggu kesempurnaan, pemerintah seharusnya mendorong kolaborasi dengan perusahaan otomotif global yang sudah lebih dulu merancang mobil hidrogen. Kita bisa mulai dari proyek percontohan di kota-kota besar. Bayangkan, Jakarta yang penuh polusi menjadi pionir mobil hidrogen dengan nol emisi. Bukan mustahil, hanya butuh keberanian dan arah yang jelas. bangerbars.com

Anak Muda dan Start-Up Harus Dilibatkan

Selama ini, wacana soal kendaraan masa depan hanya berputar di kalangan elite: pemerintah, pengusaha besar, dan akademisi senior. Padahal, perubahan justru bisa di mulai dari anak muda dan komunitas start-up. Sudah banyak mahasiswa teknik mesin dan elektro yang menciptakan purwarupa kendaraan hidrogen dalam skala kecil. Tapi tanpa dukungan pendanaan dan jaringan industri, mereka hanya jadi proyek akhir yang mengendap di rak laboratorium.

Pemerintah perlu membuka akses insentif riset yang lebih berani dan konkret. Alih-alih hanya memfokuskan pada kendaraan listrik baterai, sudah waktunya membiarkan ekosistem mobil hidrogen berkembang secara paralel. Jika tidak, kita hanya akan jadi penonton dari luar pagar ketika negara lain sudah melaju kencang.

Bukan Sekadar Soal Teknologi, Tapi Gengsi Nasional

Kalau negara tetangga seperti Thailand mulai menyusun roadmap kendaraan hidrogen mereka, kenapa Indonesia masih berputar-putar di wacana kendaraan listrik biasa? Adopsi mobil hidrogen bukan cuma soal teknologi, tapi juga tentang harga diri bangsa. Apakah kita ingin jadi negara yang terus-terusan mengekor atau mulai berdiri sebagai inovator?

Gengsi nasional dalam urusan energi masa depan ini sangat penting. Saat dunia mulai menyorot siapa yang bisa menjadi pelopor transisi energi hijau, Indonesia harus hadir sebagai pemain utama, bukan pengikut. Mobil hidrogen bisa jadi pintu masuk menuju posisi itu, tapi hanya jika kita berani membuka kuncinya sekarang juga.